Catatan Ringan: Boy Yendra Tamin
Setiap tahun pada bulan suci Ramadhan, umat Islam menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Untuk mewujukan atau mencapai ibadah puasa tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, maka selain berupaya menyempurnakan pelaksanaan ibadah puasa, mendalami dengan tiada henti segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah puasa adalah jalan yang terbaik, baik diperoleh dari wejangan para ulama, atau pun menemukannya melalui bahan bacaan. Semakin sering kita melakukan pendalaman atas makna, hikmah dari ibadah shaum, maka akan semakin baik pula pencapaikan kita dalam melaksanakan ibadah shaum
Terkait dengan ibadah shaum itu, dari sebuah kitab Hadits Qudsi dan ada satu bagian yang kiranya bermamfaat bagi kita yang akan menjalani ibadah shaum (puasa), yakni berkaitan dengan menyegerakan buka shaum (puasa). Mengapa buka puasa sebaiknya disegerakan ? Dari kitab Hadist Qudsi yang saya baca dikemukakan, bahwa Allah Swt berfiman dalam Hadist Qudsi:
Hadist ini menganjurkan orang yang shaum untuk berbuka segera setelah diketahui matahari benar-benar telah terbenam, baik shaum wajib yakni shaum bulan Ramadhan dan shaum nadzar, atau pun shaum sunat. Dalam hal ini terdapat beberapa Hadist Nabi saw antara lain; “Selama orang berbuka shaum dengan segera, senantiasa berada dalam kebajikan”. Hadist lainnya adalah ; “selama umat-Ku melambatkan sahur (hingga dekat waktu Imsak) dan menyegerakan berbuka shaum pada waktunya, senantiasa berada dalam kebajikan”. (HR. Ahmad yang bersumber dari Abi Dzar)Sesungguhnya hamba-hamba yang paling cinta kepada-Ku ialah orang-orang yang menyegerakan berbuka shaum.
Selanjutnya dalam Hadist Qudsi yang diriwayatkan Baghawi, Thabarani dan ‘Abadan’ yang bersumber dari Basyir bin Khashashiah dinyatakan: “Shaum itu adalah tameng terhadap api negara dan bagi-Kulah shaum itu. Aku-lah yang lansung akan membalasnya. Orang meninggalkan nafsunya, meninggalkan makan dan minum karena Aku. Sesungguhnya bau mulut orang yang bershaum itu (kelak diakhirat) lebih wangi disisi Allah dari pada bau kesturi”.
Hadist berikutnya yang diriwayatkan R.Thabarani dalam Al-Kabir yang bersumber dari Basyir bin Khashashiyah dan Abu Hurairah menyatakan; “Shaum itu laksana tameng, yang dengannya hamba-Ku terhindar dari api neraka. Shaum itu untuk-Ku dan Akulah yang akan langsung membalasanya. Orang shaum meninggalkan makan minim karena Aku. Dan demi jiwaku dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya bau busuk orang bersaum, lebih wangi di sisi Allah dari pada bau kesturi”.
Dalam kaitannya dengan shaum dengan segala ketentuan dan tatacaranya sebagaimana telah banyak disampaikan para ulama, ada tiga hal yang harus dijaga sebagaimana sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan R.Baihaqi dari Hasan, Mursalan dan Ibnu Najjar yang bersumber dari Anas r.a , yakni; “ Barangsiapa yang menjaga dengan hati-hati 3 hal pasti dia ada dalam perlindungan-Ku. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, ia benar-benar termasuk musuh-Ku. Ketiga macam itu ialah shalat, shaum dan mandi jabat”.
Adapun yang dimaksudkan dengan “menjaga ketiga hal” tersebut, ialah (1) tekun melakukan shalat pada waktunya dengan penuh khusyu’, sempurna rukun, syarat dan tata tertibnya. (2) shaum dengan menjaga dari makan minum dan menjaga lidah jangan dikotori dengan umpat maki, kata-kata yang tidak sopan didengar serta menjaga anggota badan jangan melakukan ma’siat, dosa dan sebagainya, (3) membersihkan badan dengan mandi dari hadats-hadats besar; Haidl, nifas, jima’ dan keluar aor mani yang menjadi syarat sahnya ibadah.
Beberapa hal dikemukakan di atas dikutipkan dari Kitab Hadits Qudsi yang ditulis KHM Ali Usman, H.A.A Dahlan dan Prof.Dr.H.M.D Dahlan cetakan ke XII, 1996.
Dari beberapa Hadist Qudsi yang dikemukakan di atas, betapa mulia orang-orang yang bershaum, bahkan balasan terhadap orang yang bershaum lansung dari Allah. Suatu hal yang patut kita ingat dari apa yang disebutkan dalam Hadist itu, bahwa shaum yang kita lakukan adalah untuk Allah. Dengan demikian, teranglah adanya, maka tidaklah kita seharusnya mengharap pahala, apabila shaum yang kita lakukan adalah untuk Allah. Karena shaum itu adalah untuk Allah, maka selayaknya shaum kita lakukan penuh dengan keiklasan dan nincaya Allah dan balasan apa yang diberikan Allah biarlah Allah yang menentukannya. Setidaknya karena shaum kita adalah untuk Allah, maka sejatinya kunci untuk mendapatkan balasan dari Allah adalah shaum dengan penuh keikhlasan. Kiranya berguna dan bermanfaat bagi kita yang akan melaksanakan dan menjalani ibadah shaum, sehingga menjadikan ibadah shaum kita makin bertabah baik dari waktu-kewaktu. Amin (***)
Foto:Republika.co.id