Disusun oleh: Buya Haji Ramli, M.Nur Engku Mudo, Almanar HAM
Setelah menempuh perjalanan darat dan laut 5 bulan lamanya maka barulah kapal memasuki Laut Merah. Hampir-hampir sampai di Jeddah, kapal berhenti tidak ada yang merapat di pelabuhan. Apa sebabnya tidak ada yang tahu secara pasti.
Dari tengah laut itu harus naik sampan sampai menuju Pelabuhan Jeddah. Sampan-sampan itu sudah siap semua menunggu kedatangan kapal dari berbagai negara. Maklumlah musim Haji sudah hampir tiba. Jadi bangsa-bangsa mana pun berdatangan.
Sudah lama menunggu di atas kapal, barulah datang perintah supaya pindah menaiki sampan-sampan yang telah siap menanti orang dan barang-barang yang akan dibawa ke pelabuhan.
Karena banyaknya sampan-sampan yang ingin mendapat muatan, maka barang-barang bawaan sudah turun semua dari kapal, dinaikan ke perahu yang saling berebutan mencari upah/muatan.
Begitu sampan bergerak dan berjalan lebih kurang 500 meter sesayup-sayup mata memandang ternyata ada sebuah kopor pakaian dan keperluan lainnya yang tidak ada di atas perahu yang ditumpangi. Barangkali salah muat, naik ke perahu lainnya. Begitu jelas bahwa barang tidak ada diperahu yang dinaiki, maka dari kejauhan tampak sebuah perahu oleng mendekati perahu yang ditumpangi Abdul Majid dan guru. Maka guru dengan tegas berkata, “Jemput barang kita diperahu oleng itu”. Tanpa pikir lagi, Abdul Majid segera melompat masuk laut berenang menuju perahu yang jauh itu.
Sekuat tenaga, ternyata letih juga. Tanpa disadari maka perahu yang dituju itu datang menjemput Abdul Majid yang dikira adalah orang karam. Orang-orang yang ada diperahu itu mengacungkan tali kepada Abdul Majid. Dengan tali itu berpeganglah Abdul Majid sampai naik keatas perahu yang dituju. Di atas perahu itu jelas ada barang yang dicari yakni; kopor. “Kopor ini adalah milik kami dan tolong diantarkan kembali ke perahu kami yang jauh itu.”
Pemilik perahu itu tidak berkeberatan mengantarkan kembali barang yang tersasar, bukan disengaja. Setelah sampai di perahu yang ditumpangi Abdul Majid , guru mengucap “Alhamdu lillah”, dan berterima kasih kepada perahu yang mengantarkan. Kemudian barulah Abdul Majid dan guru sampai di Pelabuhan Jeddah untuk diperiksa segala sesuatunya, kemudian terus ke Mekkah. (*) [Kisah sebelumnya] [Kisah berikutnya]
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Code Parser
×