Oleh: Emral Djamal Dt.Rajo Mudo
Dalam upaya pengembangan wilayah baik dari segi perta hanan, keamanan, dan pembukaan daerah-daerah baru secara spon tan maupun dari segi tatanan penyebaran penduduk yang terencana dan sistematis dari pusat Alam Minangkabau, masyarakat tersebar ke berbagai daerah di luar Luhak Nan Tigo
Negeri Padang pada awalnya belum bernama Padang, tetapi menjadi bagian dari wilayah rantau nan panjang Pesisir Barat, Sumatera Barat. Daerah Padang pada zamannya itu hanya merupa kan wilayah pantai yang kosong, penuh rawa ditumbuhi pohon nipah, dinamakan Taluak Banda Lako. Dihuni oleh nelayan-nelayan yang datang dari daerah lain, singgah dan masih belum memiliki peraturan-peraturan perkampungan yang jelas. Karena mereka sing gah dan tinggal masih bersifat sementara dalam usaha mencari kehi dupan dan menangkap ikan untuk kemudian kembali lagi ke tempat asalnya masing-masing.
Sementara daratannya merupakan hutan rimba belantara dengan pohon-pohon kayu yang besar. Pohon-pohon kayu yang besar itu menjadi sarang sejenis kelelawar besar yang dinamakan Kalaluang, dan biasa disebut Kaluang saja. Hutan belantara itu kemudian terkenal dengan nama Rimbo Kaluang. Sepanjang hiliran Batang Arau arah ke pantai banyak ditumbuhi rumput ilalang yang luas.
Penduduk atau gelombang pertama yang pindah ke daerah Padang dari Darek Kubung Tigo Baleh (daerah Solok) sekitar abad ke 14 M. Mereka bentrok dengan urang Sikawak. Berikutnya “urang sikawak” lari ke laut dan daerah Padang dikuasai oleh masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo) Minangkabau (A.Caniago Hr. Artikel, 1990). Masyarakat yang datang dari Darek itu membangun beberapa pemukiman termasuk Pauh dan Kototangah.
ninik mamak nagari padang (foto:padangmedia.com)
Menurut Marah Syarifuddin Arifin: “Nagari Padang pada awal nya dihuni oleh anak kemenakan dari penghulu nan ampek suku, yaitu Suku Tanjung yang dipimpin oleh Datuk Sangguno Dirajo turun dari Limaumanih, suku Caniago yang dipimpin Datuak Maharajo Basa dari Solok Salayo turun ke Binuang Sati, terus ke Padang. Suku Jambak (termasuk Caniago Sumagek-pen) dipimpin Datuak Paduko Magek langsung dari Singkarak, dan suku Me layu dipimpin Datuak Patah Karsani dari Salayo ke Batuangtaba terus ke Padang. Secara bergelombang mereka menetap di beberapa dataran yang subur, seperti Kapalokoto, Andaleh Simpang Haru, Aie Cama, Parak Gadang, Gantiang, Ranah, Alanglaweh, Kampuang Jao, Balakangtangsi. (2002: 12).
Sekitar tahun 1450 sampai 1556 anak kemenakan dari peng hulu nan ampek suku tersebut semakin banyak, sehingga ada yang menaruko ke seberang Batang Arau (kemudian dikenal sebagai Seberangpadang) sampai ke balik bukit. Dan diantaranya ada yang menjadi nelayan. Penghulu ninik mamak kemudian membuat koto sebagai tempat pertemuan beberapa kampung atau jorong dan menentukan wilayah Padang di bagian baratnya berbatas dengan pantai.
Pada hal sebagai penduduk wilayah rantau, Padang pada yang mulanya ditaruko leluhurnya turun melalui Kubuang Tigo Baleh, Solok-Salayo. Tetapi juga ada yang masuk dari Pesisir Bandar Sepu luah, Tarusan, Bayang dan dari Indrapura lewat Taratak Sungai Lun dang melintasi bukit Galanggang Kuaw, turun ke Lubuk Kilangan. Secara bertahap rombongan pertama konon menetap di hulu Limau manih, Pauah. Karena daerah itu subur, maka datanglah rombongan berikutnya yang kemudian memencar ke Tanjung Saba Lubuk Baga luang terus ke Batuangtaba.
Seorang Sultan yang kawin dengan seorang perempuan dari suku Caniago Sumagek kemudian membuka sebagian daerah hutan tersebut dan menjadikannya perkampungan. Sultan tersebut menem patkan keluarganya di sana. Putri pertama yang lahir di sana kemu dian terkenal dengan nama Puti (Putri) Rimbo Kaluang. Ibu sang putri yang dipersunting Sultan ini adalah kemenakan Datuk Bandaharo Basa dari Suku Caniago Sumagek, asal Singkarak, Kubung Tiga Belas. Kemudian kaum ini membuka perkampungan baru di kawasan yang luas ditumbuhi Ilalang, mendirikan rumah ga dang yang sekarang dikenal dengan nama Alang Laweh. Kemudian diikuti pula dengan beberapa rumah gadang di Ranah Binuang, arah ke Pasar Gadang.
Bundo Hj. Lusma Anwar kemenakan Sutan Harun Al-Rasyid dari Keluarga Besar Rumah Gadang Atok Ijuak Suku Caniago Sumagek Alang Laweh Padang menceritakan pula bahwa :
“ Sejak nenek moyang kami kaum Suku Sumagek turun dari Ranah Tapian Danau Singkarak manaruko ke Alang Laweh ( yang pada awalnya berasal Ilalang Laweh, begitu kata nenek kami bercerita kepada kami) untuk selanjutnya bermukim dan membentuk suatu komunitas baru, berupa kerajaan kecil sampai generasi ke – 7 turun temurun sampai sekarang menjadi tempat kami bermukim sesuai dengan Ranji yang ada pada kami secara berkaum-kaum di Alang Laweh ini. Semoga nama Alang Laweh akan tetap kekal abadi dan takkan pernah berganti nama dengan nama lainnya. Amin.”
Seorang perwakilan Raja Kesultanan Indrapura dari Pesisir Selatan, beserta keluarga dan hulubalangnya menetap di delta Pulau koto Padang, kemudian lebih dikenal sebagai Kapalo Koto, dekat Sungai Jirak (di selatan Seberang Padang sekarang). Ditandai dengan berdirinya sebuah Rumah Bagonjong masa itu. Semuanya hidup rukun dan damai, lalu pola hidup bernagaripun dibuat oleh ninik-mamak mereka.
Pada kurun waktu berikutnya seperti ditulis Rusli Amran, (Padang Riwayatmu Dulu), masyarakat Pauah dan sekitarnya dise rang Portugis. Bangsa Portugis mendarat di pantai barat Sumatera sekitar Padang pada tahun 1561, dan selanjutnya Portugis menye rang penduduk, dan masyarakat Pauah mengungsi ke daerah Kubung Tigo Baleh (1987:117).
Epos perjuangan rakyat melawan Portugis ini kemudian tercatat dalam berbagai kisah Kaba, Hikayat dan Folklore, yang sekarang langka diketahui. Salah satunya adalah Kisah Kaba Pusako Minangkabau : Bonsu Pinang Sibaribuik, yang baru terbit. Setelah pertikaian dengan Portugis usai, masyarakat Darek Minangkabau kembali memasuki daerah Padang yang terdiri dari delapan kelom pok, (tujuh kelompok dari daerah Solok, dan satu kelompok dari luhak Agam), yang meliputi :
Dari Guguak Solok
Dari Kurai Agam, melalui Tiku, Pulau Pisang terus ke Padang
Dari Saniang Baka, Sumani Koto Baru, Solok, Salayo, terus ke Durian Si Gaek, Kototangah Padang
Dari Cinangkiek, Kacang Rasam (dekat Aripan Solok) terus ke Kuranji Korong Gadang sampai ke Binuang Sati (Ranah Binuang Padang)
Dari Cupak Solok, menuju Batu Ratok Tigo, Guguak nan Duo Puluah (Koto Baru) Padang.
Kasiek Sumani terus ke Padang
Saniang Baka, Talang, Talago dadok, Buah Manggih Padang.
Di daerah baru pendatang membangun pemukiman baru hingga tercipta perkampungan di daerah Padang dan sekitarnya seperti Pauah, Koto Tangah, Padang Salapan Suku, dan daerah lainnya. ..bersambung ke Bagian Keenam klik disini. | Bagian keempat