Oleh: Emral Djamal Dt. Rajo Mudo
Manusia Minangkabau secara teoritis mempunyai metoda analisa, dan sistim berfikir khas dan spesifik yang dapat dipelajari ditelaah dan dipahami secara falsafi. Metoda analisa dan sisitim berfikir spesifik tersebut dalam kehidupannya memiliki batasan cakrawalanya yang khas, sebagai karya (buek) kreatif, disebut sebagai Alam (Fikiran) Minangkabau. Untuk dapat masuk ke dalam Alam Fikiran Minangkabau itu, tentulah kita harus memahami dasar-dasar falsafahnya yang masih hidup dalam masyarakat tradisinya, dipakai secara sadar sebagai mutiara Adat Alam Minangkabau.
Adat Minangkabau mempunyai dasar falsafah yang tertentu dan bulat, yang disampaikan oleh sejarah dari zaman ke zaman sampai dewasa ini. Dasar falsafah inilah yang penting, yaitu untuk mengisi waktu yang sekarang, dan menghadapi waktu yang akan datang. Ide yang terkandung dalam falsafah itu akan hidup terus, sungguhpun realisasinya akan disesuaikan dengan keadaan, dan zaman (baca Nasroen)
Oleh karena masyarakat Adat Alam Minangkabau tersebut hidup dan mengatur kehidupannya dengan corak alam fikiran sesuai dengan falsafahnya yang unik dan berlainan dengan kebanyakan falsafah lainnya di dunia, ternyata mampu bertahan dan mempertahankan dirinya sampai saat ini. Maka teranglah bagi kita, bahwa manusia Minangkabau sangat mencintai adatnya. Tentulah adat itu memiliki nilai-nilai kebaikan yang teruji dan terpuji bagi mengantarkan manusia nya kepada kebahagiaan, sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan. Mengantarkan dan membimbing serta memantapkan pemikirannya dalam mencapai kualitas diri yang utuh dan sempurna.
Bung Hatta , menganjurkan kepada para pelajar yang sudah mempunyai paham dan sudah mengalami perjuangan hidup disertakan pelajaran filosofi. Karena filosofi menurut beliau, meluaskan pandangan, serta mempertajam fikiran, berguna untuk penerangkan fikiran, dan penetapan hati. Ia membawa kita ke dalam alam fikiran, alam nurani semata-mata. Dan oleh karena itu melepaskan kita dari pada pengaruh tempat dan waktu.
Untuk dapat mengantarkan dan membimbing serta memantapkan pemikirannya dalam mencapai kualitas diri yang utuh dan sempurna, metoda dan sistim berfikir manusia Minangkabau itu tidaklah tinggal dalam fikiran semata-mata. Tetapi prinsip-prinsipnya telah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, melahirkan berbagai kembangan yang bewarna-warni.
Nilai-nilai pikiran falsafah itu akhirnya tidak hanya bertaburan sebagai mutiara kata, berupa pepatah, petitih, petuah, amanah, mamang, pantun, bidal, syair, gurindam, dan ungkapan-ungkapan pribahasa tradisi lainnya, tetapi telah melekat dan telah diaplikasikan menjadi pandangan hidup dalam menuntun sikap, tindak, laku, dan perbuatan manusia Minangkabau itu sejak berabad-abad kelahiran, kehidupan dan perkembangannya sampai kini. Warna-warni butir-butir pribahasa dan nilai-nilai ajaran falsafah tersebut telah berserakan dimana-mana. Sesuai dengan pesan adat, tugas kita adalah : kampuangkan nan taserak.
Kutipan dari Kertas Kerja Emral Djamal Dt. Rajo Mudo dengan judul : Sastra Minang, Peranan Dan Pemikiran (muatan lokal) untuk Pelatihan Guru / Kordinator Kesenian / Budaya Alam Minangkabau di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Padang, yang dilaksanakan pada tanggal 3 s/d 11 Juni 2003 di Padang.