Oleh : Emral Djamal Dt.Rajo Mudo
3. Padang Dalam Pemerintahan Adat
Dalam penyelenggaraan pemerintahan secara adat ada dua sistem kekuasaan yang diundangkan dalam adat, yakni system Bodi Caniago dan Koto Piliang. Sistem Bodi Caniago ditata oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang, yakni berazaskan demokrasi kerakyatan dengan pimpinan pucuak tagerai (presidium). Koto Piliang ditata oleh Datuk Ketumanggungan yakni system Pertuanan (kerajaan) dengan pimpinan seorang raja Yang Dipertuan.
Dalam menata pemerintahan masyarakat di Minangkabau selanjutnya system tersebut digabungkan, yakni gabungan system Koto Piliang dan Bodi Caniago dengan paham egaliter dan kerak yatan yang tinggi, duduk sama rendah tegak sama tinggi, serta unsur musyawarah dan mufakat dalam kehidupan sehari-hari. Sementara pimpinan merupakan pucuak bulek ka ganti rajo. tokoh yang didahulukan selangkah ditinggikan seranting. Ini berlaku dalam suasana damai, aman dan tentram.
Namun dalam masa kemelut dan darurat, kepemimpinan ber alih kepada Tuan Gadang sebagai daulat perang, yang disebut Am panglimo Basa, atau Ampanglimo Basa Harimau Campo Koto Piliang. Eksistensi Padang sebagai wilayah kerajaan rantau justru lahir, tumbuh dan dewasa dalam suasana darurat perang. Karena itu Padang dalam masa darurat dipimpin oleh seorang Ampanglimo Rajo dibantu oleh Hulubalang Rajo. Dalam pertumbuhannya, kegiatan dagang selalu mengalami gangguan, ancaman dan menjadi ajang perebutan antara para penjarah, penyamun dan perampok dengan berbagai kepentingan ekonomi maupun politik. Baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. Inilah kemudian yang menjadikan Padang tumbuh sebagai negeri bandar pelabuhan dan kerajaan rantau termuda di Pesisir Barat Sumatera Barat.
Dibawah kepemimpinan tertinggi seorang Panglima Raja yang berdaulat dalam kerajaan rantau Nagari Padang dibantu beberapa orang ninik mamak dari kalangan penghulu yang berani dan satria pendekar yang dijuluki “Tuanku Bagak”, Hulubalang-Hulubalang yang berada dalam komando Ampanglimo Basa-nya. mengadakan konsolidasi dan kordinasi kekuatan pertahanan anak nagari (rakyat) untuk tidua siang bajago malam, tagaknyo di pintu mati” mem pertahankan eksistensi Nagari Padang. sebagai Bandar dagang utama, dan kerajaan rantau di Pesisir Barat Minangkabau dari penja rahan asing.* Bersambung …artikel sebelumnya latar budaya