Oleh : Emral Djamal Dt.Rajo Mudo
Bahwa Kerajaan Kesultanan Indrapura dalam sejarahnya disebut sebagai penguasa wilayah Pesisir Barat Sumatera Barat. Dengan demikian Padang pada zamannya termasuk dalam wilayah pemerintahan Kerajaan Kesultanan Indrapura. Oleh karena itu Kerajaan Kesultanan Indrapura menunjuk perwakilannya di Padang. Berdasarkan keterangan yang tertulis dari Naskah Ranji Indrapura (Transkripsi Emral Djamal, 1989), diantara Perwakilan Indrapura yang kemudian diangkat sebagai Panglima Raja di Padang, kemu dian menjadi Bandaharo Rajo, yang dirajakan di Padang yakni :
1791-1798 : Sultan Mansyursyah Gelar Sultan Ahmadsyah,
Salah seorang Panglima Indrapura yang ditunjuk menjadi Perwa kilan Kerajaan Kesultanan Indrapura di Nagari Padang. Sulthan ini wafat di Indrapura pada tahun 1789, berkubur di Gobah Tandikat Indrapura. Di Padang, beliau berkedudukan di Kampung Dalam Seberang Padang. Rumah Ga dang dan Istana (Balairung Sari) dan Gobah terletak di Jerong Kampung Dalam, Seberang Padang. Setelah beliau wafat, Perwakilan Raja Indrapura di Padang diganti kan oleh kemenakan yang sekaligus juga adalah menantu beliau.
1789-1825 : Sultan Mohammad Jaya Karma
Perwakilan Raja Indrapura di Padang yang kawin dengan seorang perempuan bernama Putri Ngetek anak dari Sulthan Mansyursyah. Sultan ini wafat di Indrapura pada 1827, berkubur di Gobah Tandikat Kampung Da lam Indrapura.
Pada masa Sulthan inilah di Padang disusun dan diatur kembali Penghulu Yang Delapan Selo, yang berhimpun di Kampung Dalam Seberang Padang. Begitupun Peng hulu Yang Empat Belas dan Penghulu Negeri Yang Dua Puluh, tempat berhimpunnya di Kampung Dalam Bi nuang. Di Binuang (Pauh Limo) juga ada Balairungsari, Gobah, dan Kampung Dalam.
1804 –1840 : Sulthan Hidayat (Hidayatullahsyah) Gelar Sulthan Inayatsyah,
Menggantikan kedudukan Sulthan Mohammad Jaya Kar ma sebagai Perwakilan Raja Indrapura di Padang. Dan setelah Sulthan Muhammad Jaya Karma wafat (1825) di Indrapura, maka Sulthan Hidayatullahsyah gelar Sul than Inayatsyah Kerajaan Indrapura, lansung meme rintah Negeri Padang, yakni kepada Penghulu Yang Dela pan Selo, begitupun kepada Penghulu Yang Empat Belas dan Penghulu Negeri Yang Dua Puluh.
1840 – 1860 : Sulthan Mohammad Arifinsyah Gelar Sul than Muhammadsyah,
Disebut Tuanku Belindung atau Tuanku Sembah, Kera jaan Indrapura. Sulthan Belindung ini, langsung meme rintah Negeri Padang, mengatur Penghulu Yang Delapan Selo, Penghulu Yang Empat Belas, dan Peng hulu Negeri Yang Dua Puluh.
1860 –1891 : Sulthan Muhammad Bakhi Gelar Sulthan Firmansyah,
Raja yang terakhir Kesultanan Indrapura, yang disebut juga sebagai Tuanku Belindung atau Tuanku Sembah. Pada masa beliau, Perwakilan Kerajaan Kesultanan Indrapura di negeri Padang, disebut masa itu sebagai Tuanku Panglima Regent, yang kemudian juga di angkat sebagai Pucuk Penghulu Yang Delapan Selo di Negeri Padang, oleh Ninik Mamak Delapan Selo di Padang.* Bersambung ke bagian kedelapan | Bagian Sebelumnya Bagian Keenam