Danau Maninjau merupakan salah satu dari empat danau besar di Propinsi Sumatera Barat. Danau Maninjau terbentuk dari peristiwa alam, yakni sebagai dampak dari letusan Gunung Sitinjau dan dalam berbagai literarur disebut pula sebagai danau vulkanik. Danau Maninjau yang terlihat sebagai sebuah cekungan besar, dikelilingi perbukitan melahirkan keindahan yang luar biasa. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan, Maninjau lake; The second largest lake in West Sumatra and attractions lake amazing.
Dengan luas sekitar 99.5 km2 dan kedalaman rata-rata 105 meter, Danau Maninjau terletak sekitar 140 Km dari Kota Padang dan 36 Km dari kota Bukittinggi. Secara kewilayahan teletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam dan dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Padang melalui jalur Pariaman terus Lubuk Basung. Jalur lain untuk sampai ke Danau Maninjau adalah Padang Via Bukit Tinggi terus ke Matur dan melewati kelok 44 yang sangat terkenal itu.
Keindahan Danau Maninjau mengundang decak kagum ketika melewati kelok 44, dimana sejumlah titik disepanjang kelok 44 akan tampak keindahan Danau Maninjau dari ketinggian dengan airnya yang biru. Pesona Danau Maninjau yang dikelilingi perbukitan itu makin lengkap ketika ada awan-awan putih berarak di atas permukaan danau.
Sebagai salah satu objek wisata andalan di Sumatera Barat dan Kabupaten Agam khususnya, Danau Maninjau juga mempunyai fungsi lain, yakni sebagai sumber air bagi Sungai yang bernama Batang Antokan yang dihulu Batang Antokan terdapat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Maninjau yang memasok listrik untuk wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.
Seperti telah digambarkan, bahwa Danau Maninjau adalah sebuah cekungan besar yang dikelilingi perbukitan dan puncak tertinggi dari perbukitan itu terkenal dengan nama Puncak Lawang. Menyaksikan Danau Maninjau dari Puncak Lawang sungguh luar biasa dan sulit untuk ungkapkan. Apalagi ketika langit bersih, kawasan Danau Maninjau dengan airnya yang biru dan ketika ada berapa gumlan -awan putih diatas permukaan danau, dan dinginnya udara Puncak Lawang, rasanya ingin berlama-lama berada di Puncak Lawang menyaksikan indahnya Danau Maninjau dari ketinggian.
Selain sebagai sumber air bagi sungai Batang Antokan, masyarakat lokal juga memanfaatkan Danau Maninjau sebagai tempat pengembangan budidaya ikan dengan keramba, sehingga Danau Maninjau dikenal pula sebagai sentra produksi ikan. Meskipun ikan khas Danau Maninjau tidak sama dengan ikan yang dibudiyakan masyarakat sekitar danau. Ikan khas Danau dikenal dengan nama “Rinuak” yang selain lezat dan khas rasanya. Untuk mendapatkan kuliner dari ikan “Rinuak” dapat ditemukan dengan mudah disekitar danau Maninjau.
Beriwisata ke Danau Maninjau dapat dicapai dengan mudah baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain di kawasan Danau Maninjau sudah tersedia hotel, penginapan, restoran dan bahkan sejumlah home stay dapat ditemukan dengan mudah. Hanya saja ketika hendak menuju Danau Maninjau via kelok 44 yang berawal di daerah Embun Pagi dituntut kehati-hatian menuruni satu persatu kelok 44 yang tikungan demi tikungannya cukup tajam, sehingga rem kendaraan harus dalam keadaan baik dan prima.
Sebagai danau yang muncul dari perstiwa vulkanik, tentu nuasa alam Danau Maninjau akan terasa berbeda pesonanya dengan danau-danau lain di Indonesia. Sebagai danau terluas kedua di Sumatera Barat setelah Danau Singkarak, mengitari Danau Maninjau ada rasa puas dan senang menyelimuti jiwa dan ketika usai berkunjung ada rasa ingin kembali mengunjungi Danau Maninjau yang elok rupa itu. (dh-1)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Code Parser
×