Selain terkenal sebagai objek wisata bahari dengan pesona pemandangan laut yang indah, ada legenda dari Pulau Cingkuak yang mungkin patut diketahui wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata ini. Legenda Pulau Cingkuak itu seperti diungkapkan Emral Djamal Dt Radjo Mudo
Emral Djamal menyebutkan, Pulau Cingkuak pernah terkenal dalam sejarah Minangkabau, karena di pulau inilah penjajah Belanda bercokol dalam waktu yang cukup lama. Menurut cerita rakyat, di sini Kepala Dagang yang merangkap urusan pemerintahan disebut “ Rajo Unggeh Layang”. Rajo Unggeh Layang ini disebutkan sebagai saudara dari Rajo Sipatokah dan Rajo Sionggarai. Ini berarti bangsa Belanda sekeluarga dengan bangsa Portugis dan Inggeris. Rajo Unggeh Layang yang pertama di pulau Cingkuak adalah orang Belanda Tuan Groenewegen.
Pada tahun 1660, ia berkedudukan di Padang. Tetapi kemudian pindah ke Pulau Cingkuak. Namun baru pada tahun 1667 pulau Cingkuak dan Salido diserahkan pada Rajo Unggeh layang oleh Raja Tarusan, Sultan Indrapura, dan para pembesar dari Bayang.
Lebih jauh Emral Djamal menyebutkan, pada kurun waktu berikutnya seperti ditulis Rusli Amran, (Padang Riwayatmu Dulu), masyarakat Bayang dan sekitarnya diserang Portugis. Bangsa Portugis mendarat di pantai Salido ( pada waktu itu merupakan sebuah desa pantai bagian dari negeri Bayang) pada tahun 1516, sekitar lima tahun setelah Malaka diduduki Portugis pada bulan Agustus 1511 (sementara Padang dimasuki Portugis pada th 1561).
Sebuah pulau bernama Pulau Cingkuk dekat pantai di depannya dikuasai Portugis dan dijadikannya sebagai benteng pertahanan. Daerah kualo atau muara ini dahulunya disebut Kualo Bungo Pasang, negerinya dikenal dengan nama Medan Sabah termasuk wilayah Bayang. Kemudian sejak Portugis dinamakan Salido yang artinya dalam bahasa Portugis, adalah “pintu masuk”, berasal dari kata Sancta Sleida, - Sleida – Saleida – Salida –Salido. Tetapi kemudian ada juga masyarakat tradisi yang mengatakan berasal dari kata Selidah Pesuarangan, yang arti Selidah disini ialah Sakato, sepakat untuk menjadikan Salido sebagai wilayah “persuarangan” . Sementara itu dibalik bukit Langkisau, sebuah bukit yang melintang di tepi pantai, Portugis pun mendiami sebagian kecil daerah tepi pantainya yang kemudian disebut Painan.
Selanjutnya terjadi konflik dengan Portugis yang menyerang penduduk. Masyarakat Bayang mengadakan perlawanan untuk mengusir Portugis, bersama-sama rakyat nagari Koto Sebelas Tarusan, yang menjadi tetangganya di utara. Pemimpin negeri Tarusan pada waktu itu, dalam Tambo Rajo Rajo Minangkabau disebut sebagai Yang Dipatuan Rajo Mudo, berkedudukan di Kualo Sungai Nyalo. (Emral Djamal Dt Radjo Mudo/Dh-1)