The wonder city itulah kata yang tepat buat Monaco yang mengagumkanCatatan Dr. Suryadi, MA dari Monaco
Dari 'pangkalan' kami di Genoa, kami mengunjungi ' the wonder city ' Monaco. Trenitalia yang sangat bagus pelayanannya dan tepat waktu membawa kami menyusuri ceruk Laut Mediterania selama lebih kurang 3 jam, melewati kota-kota kecil dan desa-desa Italia yang damai, asri, dan bersih, dengan arsitektur rumah-rumah dan apartemen-apartemennya yang khas -- Vesima, Arenzano, Cogoleto, Invrea, Varazze, Calle Ligure, Pecorile, Savona, Vado Ligure, Finale Ligure, Borgio Verezzi, Loano, Borghetto Santo Spirito, Ceriale, Albenga, Alassio, Laigueglia, Marina di Andora, San Bartolomeo Al mare, Diano Marina,..... Sanremo, Ventimiglia, Menton.....sebelum akhirnya sampai di Monaco.
Laut biru dan pantai-pantai yang ramai oleh orang-orang yang berjemur dan berenang menyajikan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Beberapa orang polisi mencigapkan diri di koridor kereta api sebelum kami meninggalkan wilayah Italia dan memasuki wilayah Monaco. Mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Monaco dibuat dan dihuni oleh orang-orang yang ambisius, dengan hawa duniawi yang panas: mereka yang mencoba menciptakan 'sorga' di bumi.
Itulah Monaco: seonggok batu karang ciptaan Tuhan yang terletak di tubir-tubir jurang menghadap Laut Tengah yang disulap menjadi sebuah kota luks-gemerlap, dengan gedung-gedung dan apartemennya yang mewah dan berlenggek-lenggok, yang berjejer-jejer sejak dari lereng-lereng bukit sampai ke tubir-tubir jurang dan bibir pantainya, dengan jalan-jalannya yang sempit tapi hampir tanpa debu dan polusi, yang bersilang-siur di mana-mana dan menembus perut batu karang yang keras, sekeras kepalan tangan Soekarno, yang dijejali oleh Lamborghini, Ferrari dan merek-merek mewah berselera tinggi duniawi lainnya.
Sementara di dermaga-dermaganya, jacht-jacht mahal yang licin berkilat tersandar kaku, yang dengan setia menunggu para pemiliknya kembali dari menghambur-hamburkan uang di casino-casino yang letaknya hanya sepelemparan batu dari dermaga-dermaga itu. Dan di loby-loby hotelnya yang sewanya selangit, lelaki-lelaki yang berpenampilan dandy, dengan kulit yang sedikit hangus 'dipanggang' sinar matahari, dan wanita-wanita 'manekin' yang baunya seperti malaikat terhempas oleh siraman aneka parfum buatan Paris dan London, mengobrol, cekikikan, sembari memutar2 pinggang gelas anggur.
MONACO.....ah...lewat senja kami putuskan untuk cepat-cepat pergi dari kota itu sebelum malam yang gemerlap mengubah rupanya menjadi 'si manis jembatan Ancol'…(Suryadi/editor-dh-1)