Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Rescue Hiu Paus, Penanganan Spesies Terperangkap dan Terdampar

Oleh. Harfiandri Damanhuri.

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, tidak salah beberapa negara lain sangat berminat dan antusias untuk menguras seluruh sumberdaya yang ada di laut kita.

Salah satu sumberdaya dari laut yang akhir-akhir ini banyak sekali terdampar di sepanjang pantai Sumatera Barat adalah Hiu Paus. Hiu ini terdampar diakibatkan oleh banyak sebab seperti; sesmik gempa, aliran panas dari pembuangan PLTU, perubahan pola migrasi akibat aktifitas manusia di laut lepas, perubahan masa air laut, suhu air laut, pergerakan arus. Sehingga mengakibatkan beberapa mamalia penting yang biasa hidup dalam teritorialnya bisa keluar dari sistem yang dibangun dalam kelompok mereka (fish schooling).

Tahun 2015 yang lalu Sumatera Barat mendapat kesempatan diberikan Bimbingan Teknis (Bintek) Penanganan Spesies Terperangkap dan Terdampar di Wilayah ADB yang difasilitasi KKP-RI. Data menunjukan dari banyaknya biota yang terdampar, terutama ikan/biota yang berukuran besar, hanya 15 % yang berpeluang dapat dikembalikan ke dalam laut dalam kondisi hidup. Sedangkan sisanya terdampar dalam keadaan hilang kendali, stress, kekurangan energi untuk bergerak, lalu setelah itu mengalami mati.


Lambannya penanganan dan ketidaktahuan cara menangani menjadi salah satu pemicu kegagalan dalam usaha penyelamatan Rescue Hiu Paus tersebut. Peristiwa terdamparnya hiu paus sudah lama terjadi di Sumatera Barat. Salah satu bukti tulang kerangka paus yang dipamerkan dalam ruangan kaca di Kebun Binatang Bukit Tinggi yang berasal dari perairan Pasaman yang didapatkan tahun 70-an. Pada 1992 juga ditemukan hiu paus terperangkap di jaring nelayan di kawasan perairan Mentawai ukurannya hiu pausnya lebih kecil.

Tahun 2014, juga ditemukan hiu paus terdampar di pantai Teluk Sungai Bungin. Tahun 2015 ditemukan lumba-lumba terdampar di Pantai Purus, sedangjkan tahun 2016 juga ditemukan lebih dari satu ekor hiu paus terdampar dikawasan Pantai Sumedang, Pantai Tan Sridano dan Pantai Anakan, Kabupaten Pesisir Selatan.

Paus dan Lumba-Lumba adalah kelompok mamalia laut dari ordo Cetacea. Biota ini memberikan sumbangan ekologi yang sangat penting bagi ekosistem, “sehatnya hiu paus berarti sehatnya lautan”.

Perserta Bimbingan Teknis (Foto.dok:Harfiandri Damanhuri

Indonesia punya 33 jenis hiu paus dari lk 100 jenis hiu paus di perairan dunia. Maka untuk itu sumberdaya dari kelompok hiu paus ini sudah dilindungi oleh pemerintah melalui PP No.7/1999 dan telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) tentang Konservasi Cetacea di Indonesia Periode I : 2016-2020.

Potensi besar dari hiu paus dan lumba-lumba, merupakan potensi yang dapat dikembangkan sebagai salah satu daya tarik wisata bahari di Sumatera Barat. Tentu untuk mendukung keberhasilan wisata hiu paus dan lumba-lumba ini harus didukung oleh sistem pendataan yang kuat dan akurat seperti ; jenis hiu paus dan lumba-lumba, musim, lokasi, pola pergerakan Cetacea ini, SDM yang handal dan tangggap serta sarana dan prasarana.

Untuk itu mari selamatkan Hiu Paus dan Lumba-Lumba dari perairan laut kita yang indah dan mempesona ini, libatkan masyarakat di sekitar ikut membantu menyelamatkannya dan mengembangkan kawasannya, salam konservasi (hd-dr berbagai sumber)

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar