Oleh : Emral Djamal Dt Rajo Mudo
Iman sebenarnya adalah sebuah proses yang tidak begitu saja hadir dalam diri. Tetapi tergantung kepada ukuran pemahaman ilmu tentang iman itu sendiri yang diketahui dan dihayati oleh diri yang bersangkutan.
Iman itu bagai setampang benih yang ditanam, tumbuh melembaga menjadi tunas, dan berpucuk kemudian tumbuh, berbatang, berdahan, bercabang dan membesar jadi sebatang pohon yang kuat dan kokoh. Lalu rimbun daun dan berbuah.
Perkembangan ilmu pun tumbuh dan dimulai dari pengetahuan tentang adanya Tuhan, bahwa Tuhan itu Maha Esa, Maha Kuasa dan Gaib, mengatur dan mengurus kehidupan segala makhluk ciptaan-Nya. Akhirnya sebagian manusia percaya, dan mengikrarkan diri bahwasanya tiada tuhan-tuhan yang lain selain dari pada-Nya.
Pada tahapan berikutnya setelah ilmu bertambah,dan meresap ke dalam hati, perasaan iman pun meningkat pula dari yang samar-samar menjadi yakin seyakin-yakin nya untuk beriman kepada Tiada Tuhan tiada lain dari pada Allahu, Dzat yang wajib (Haq) ada-Nya.
Jadi Iman itu berproses tumbuh dan berkembang dari Ilmul Yaqin, A’inul Yaqin, sampai kepada Haqqul Yaqin.
Sesungguhnya ilmu itu, adalah Ilmu Makrifatullah, yakni ilmu mengenal Kekuasaan, Kebijaksanaan dan Keagungan Allah Swt. Ilmu mengenal Tuhan Seru Se-kalian Alam dan yang selalu kita minta untuk mengabulkan permintaan apa saja / doa yang dihadapkan kepadaNya. Seperti ketika kita membaca Alfatihah, yang selalu ditutup dengan membaca Aamiin, Aamiin Ya Rabbul Alamiin.
Apakah kita sudah betul betul ber- Iman ?
Apakah kita sudah betul betul “percaya” ?
Amantubillah ?
Apakah kita sudah mengenal Tuhan yang kita sembah, setiap hari? Apakah kita udah mempercayai, menyayangi, memahami, dan menghayati Tuhan yang kita sembah itu ? Sehingga akhirnya timbul rasa “kasih sayang” anda, sampai sampai bisa jatuh “Cinta” (hubb'an Lillah) kepadaNya. Seperti petuah selalu mengatakan :
“Tak kenal maka tak tahu
Tak tahu maka tak mengerti
Tak mengerti maka tak paham
Tak paham maka tak mengarifi
tak arif maka tak sayang
Tak sayang maka tak menghayati
Tak menghayati maka tak Cinta
Tak cinta maka tak mewarisi
Tak mewarisi maka tak berilmu”.
Karena itu jadilah Thalibul Ilmu...
Hai Thalib ..... !
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Code Parser
×