Oleh Harfiandri Damanhuri
Di sebuah Kampung Balai Lama, Nagari IV Koto Mudik, Lubuk Nyiur, Kecamatan Batang Kapas, mengalir sebuah Sungai Batang Kapas yang cukup lebar dan relatif panjang. Tepat di belakang sebuah mesjid di depan rumah mertuaku.
Kami pulang bersama keluarga tercinta hampir setiap tahun. Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dengan suasana perkampungan yang masih mengamalkan tradisi dan kebiasaan pulang kampung. Berkumpul bersama dalam melaksanakan ibadah puasa, sahur dan berbuka bersama. Pada sungai yang cukup lebar dan panjang tersebut, terkandung potensi perikanan perairan umum berupa ikan panjang (Sidat - Anguilla anguilla), ikan simontong, ikan kapareh, ikan puyau, ikan mungkuih, ikan gariang, ikan siluang dan berbagai jenis udang sungai lainya. Ikan Sidat termasuk ikan yang terancam keberadaannya, sudah masuk dalam daftar IUCN untuk segera dilindungi dan dikonservasi.
Kondisi potensi ikan dan udang sungai ini mengalami penurunan yang drastis dari tahun ke tahun. Karena potensi perikanannya telah habis dieksploitasi oleh masyarakat lokal dengan cara menyentrum ataupun dengan cara memutas perairan sejak 15 tahun belakangan. Ini adalah cara-cara penangkapan ikan diperairan umum yang tidak ramah lingkungan.
Saat ini ikan-ikan yang didapatkan dari hasil tangkapan masyarakat lokal, dengan panciang, jalo dan lukah adalah ikan yang relatif berukuran kecil-kecil yang didominasi oleh ikan jenis siluang dan kapareh.
Walaupun ada kebijakan wali nagari dengan memasang aturan larangan menyentrum, menuba dan memutas ikan di sepanjang aliran Sungai Batang Kapeh. Akan tetapi rasa kepedulian masyarakat masih rendah terhadap penting menjaga lingkungan perairan umum pada sungai yang mengalir di belakang rumah sebagian besar penduduk di kampung tersebut.
Kondisi seperti ini tentunya menjadi perhatian serius bagi institusi perguruan tinggi untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi dan prospek pengembangan ikan perairan umum untuk dilindungi dan dikonservasi dalam rangka menyelamatkan potensi besar varitas ikan-ikal lokal yang spesifik di banyak perairan umum di Sumatera Barat.
Selain itu, juga dituntut peran penyuluh perikanan untuk segera turun lapangan. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dampak dari kegiatan menyentrum ikan di sungai dan perairan umum. Penyuluh perikanan wajib menyampaikan dampak negatif dari kegiatan menyentrum, memutas, menuba, meracun ikan di sungai tersebut.
Kegiatan putas dan sentrum masih berlangsung sampai saat ini. Dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Operasi penangkapan ikan dengan putas umumnya dilakukan pukul 02.00, dini hari sampai subuh. Sedangkan menyentrum dilakukan siang hari oleh masyarakat lokal di sepanjang aliran Sungai Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Agar hasil produksi perikanan perairan umum tidak terus menurun dan ukuran ikan hasil tangkapan tidak semakin kecil. Bahkan ada sebagian kecil dari jenis ikan-ikan lokal tersebut sudah ada yang pupus. Tidak dijumpai lagi saat ini di aliran sungai tersebut.
Hendaknya kondisi lingkungan perairan umum seperti sungai dengan potensi varitas ikan-ikan lokal spesifik ini menjadi perhatian oleh semua sektor, terutama tanggungjawab sektor perikanan dengan peran aktif para penyuluh perikanan serta peran masyarakat dalam menjaga lingkungan sepanjang sungai, baik pada tepi badan sungai maupun di hulu sumber aliran sungai tersebut.
Ternyata di Sungai Batang Kapas ini Indra Syafri salah satu pelatih nasional sepak bola Indonesia, pernah mandi-mandi ketika masa-masa kecil dan muda dahulu dengan teman-temanya sekampung setelah selesai bermain bola di lapangan pinggir Sungai Batang Kapeh tersebut. Salamat Hari Lingkungan Hidup, Salam Konservasi (lbknyr, 5.6.17)